Saturday, September 8, 2007

PIM 2 - Mall ramah ibu menyusui

Ibu-ibu yang memiliki anak bayi and batita.. trutama yang masih menyusui, ini aku jepretin sekilas penampakan ruang nursery di PIM 2 yang bersih nan mewangi.
Tempatnya bagus, bersih, tenang...

Cuman ati-ati ya moms.. kalau mao menyusui baby-nya.. jgn lupa masuk bilik.
Walo disitu ada kursi (yg di luar bilik) tapi disitu rawan di masuki para lelaki jugak hehehe
Bukan lelaki iseng loh.. tapi bapak-bapak yang juga berkepentingan mengganti popok baby-nya.
Kan ga semua yg bawa baby itu ibu-ibu.. ya toohhh..
Makanya mending masuk ke dalam bilik... biar ga di sangka pamer tangki.

A.1: Bilik Nursery Di PIM 2, tiap lantai ada.

A.2: Bed untuk ganti popok.

A.3: Toilet untuk anak kecil.

A.4: Kursi duduk untuk menyusui and ada mejanya juga.

Tuesday, September 4, 2007

Dari bang Mozzart... ke bang Einstein..


Wolfgang Amadeus Mozart, sejauh ini kan emang di kenal sebagai jenius musik klasik tak tertandingi sampai kini. Bahkan musik-musiknya laku keras di komersilkan trutama berkaitan dengan stimulasi otak, di kenal dengan efek Mozart.

Banyak di iklan-iklan susu ibu hamil.. nempelin musik klasik ke perut bumil (ibu hamil) yang katanya bisa merangsang kecerdasan otak bayi, syukur-syukur nanti gedenya bisa berotak encer bak Albert Einstein.

Bagaimana asal muasalnya pendapat itu?
Ini aku copy paste aja persis plek dari bukunya mbak Kathy Pasek.

"Sejarah dari apa yang di sebut sebagai efek Mozzart dimulai dengan sebuah penelitian yang di publikasikan tahun 1993 oleh Prof. Francis Rauscher dkk dari Univ. of Wisconsin di kampus Oshkosh.

Penelitian menunjukkan bahwa setelah mendengarkan musik sonata Mozart selama 10 menit, para mahasiswa berhasil mendapatkan nilai lebih baik pada uji kinerja intelektual.

Prof. Rauscher meminta 79 orang mahasiswanya untuk ikut serta dalam sebuah eksperimen. Dia menguji mereka dengan menggunakan sebuah uji kepandaian Stanford-Binet sebelum dan sesudah mendengarkan Mozart.
'Ujian spasial' yang harus mereka selesaikan memakan waktu beberapa menit saja.

Bayangkan anda melihat pinggiran uang dollar di kertas ujian anda.
Pada gambar ke 2 uang ini dilipat dua, sehingga terlihat seperti bujur sangkar.
Pada gambar ke 3, seseorang telah melipat 2 buah ujungnya sehingga kini terlihat seperti dasi.

Ujian itu lalu menanyakan anda untuk membayangkan bagaimana bentuk uang dollar itu saat anda melipatnya kembali,
dan anda di berikan 5 diagram untuk dipilih.
Ujian melipat kertas ini adalah untuk menguji kemampuan visual spasial anda.

Prof. Rauscher menemukan bahwa mahasiswanya berhasil mendapatkan nilai 9 - 10 angka lebih tinggi pada ujian itu setelah mendengarkan Mozart Sonata for 2 Pianos in D Major, K 448 selama 8 - 24 detik.
Efek itu hanya berlangsung selama 10 - 15 menit.
Namun itulah hasilnya... mendengarkan Mozart telah meningkatkan kemampuan spasial atas sebuah uji kepandaian dalam waktu 10 menit!

Prof. Rauscher berusaha mengingatkan untuk tidak menyalahgunakan hasil temuan timnya yang sederhana ini.

Namun media langsung mengambil hasil tersebut, menyebutnya sebagai efek Mozart.
Dan pemikiran akan cepat pandai akan segera melambung!

Terdengar menarik. Ya! Tetapi pada tahun 1999, hasil penelitian itu telah secara resmi di sanggah.
Penulis laporan dalam 2 buah, yaitu Nature dan Psychological Science, tidak bisa mendapatkan hasil temuan Prof. Rauscher.

Mendengarkan Mozart, di bandingan dengan tidak, atau mendengarkan musik Philip Glass (musik yang tidak berirama dan selalu di ulang-ulang) mungkin akan mempengaruhi suasana hati pendengarnya, tetapi tidak IQ-nya.

Dalam sebuah karya ilmiah yang terkenal, Prof. Louis Hetland, dari projectZero Harvard University, memeriksa 67 penelitian atas efek Mozart yang diikuti peserta dewasa sebanyak 4.564 orang.

Dia mencatat bahwa ada sebuah efek Mozart yang tidak bertahan lama atas kemampuan spasial yang sangat terbatas (uji melipat kertas).

Namun dia menyimpulkan bahwa 'adanya efek yang tidak bertahan lama ketika musik meningkatkan kinerja spasial pada orang dewasa, tidak menyimpulkan bahwa memperdengarkan musik klasik pada anak-anak akan meningkatkan kecerdasannya, atau keberhasilan akademiknya, atau bahkan kemampuan spasialnya dalam jangka panjang.'

Lalu, bagaimana kita berangkat dari penemuan Mozart yang sederhana ini bisa sampai menjadi mitos bahwa setiap bayi harus mendengarkan musik klasik untuk menstimulasi sel-sel otaknya?.. "


Nah loh.. jebul soal efek Mozart itu ternyata ga ada dalil sahihnya...
Tapi kok mitosnya ini gencar banget ya...
Taqlid buta kalik...

Contekan: Einstein Never Used Flash Cards